World Press Freedom Day (Hari Kebebasan Pers Sedunia) 3 Mei. Sidang Umum PBB telah menetapkan tanggal 3 Mei sebagai Hari Kebebasan Pers Sedunia dalam rangka meningkatkan perhatian akan pentingnya kebebasan pers serta memperingatkan pemerintah negara-negara di dunia untuk menghargai tugas pers atas nama kebebasan berekspresi. UNESCO sendiri memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia dengan menganugerahkan penghargaan Hadiah Guillermo Cano, sebagai apresiasi terhadap individu, institusi ataupun organisasi yang telah memberikan kontribusi besar atas perannya dalam mempertahankan maupun mempromosikan kebebasan pers di dunia, terutama di wilayah-wilayah yang kebebasan persnya dalam tekanan atau dibatasi.
Penghargaan tersebut telah diberikan sejak 1997, dalam rangka menghargai Guillermo Cano Isaza, seorang editor harian El Espectator, yang di bunuh oleh dua pembunuh bayaran di depan kantornya, di Bogota, Kolombia. Pembunuhan tersebut terhubung erat dengan kartel narkoba Kolombia, mengingat Guillermo Cano sebagai penulis yang vokal menyerang mereka. Mereka yang mendapatkan penghargaan merupakan hasil rekomendasi dari 14 juri independen, yang terdiri dari para profesional media.
Berikut daftar penerimanya :
Berbagai aksi pun di lakukan oleh untuk memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia di berbagai daerah di Indonesia. Seperti aksi 30 jurnalis di Gorontalo, yang melakukan aksi bungkam dan jalan mundur sejauh satu kilometer dengan menggunakan pakaian serba hitam serta mulut ditutup lakban. Aksi tersebut dilakukan dari gerbang kampus Universitas Negeri Gorontalo menuju Bundaran Saronde.
Tidak jauh berbeda, puluhan massa yang terdiri dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers Yogyakarta. Hal tersebut dilakukan sebagai respon dari pembiaran kasus kekerasan terhadap jurnalis oleh aparat penegak hukum. Dengan diperingatinya Hari Kebebasan Pers Sedunia kemarin, diharapakan dapat meningkatkan perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan serta jaminan keamanan jurnalis sekaligus implementasi dari kebebasan pers yang bertanggung jawab sendiri.
Sumber Gambar : Google Images
![]() |
Guillermo Cano Isaza |
Penghargaan tersebut telah diberikan sejak 1997, dalam rangka menghargai Guillermo Cano Isaza, seorang editor harian El Espectator, yang di bunuh oleh dua pembunuh bayaran di depan kantornya, di Bogota, Kolombia. Pembunuhan tersebut terhubung erat dengan kartel narkoba Kolombia, mengingat Guillermo Cano sebagai penulis yang vokal menyerang mereka. Mereka yang mendapatkan penghargaan merupakan hasil rekomendasi dari 14 juri independen, yang terdiri dari para profesional media.
Berikut daftar penerimanya :
- 2012: Eynulla Fatullayev, Azerbaijan
- 2011: Ahmad Zeidabadi, Iran
- 2010: Mónica González Mujica, Chile
- 2009: Lasantha Wickrematunge, Sri Lanka (posthumous award)
- 2008: Lydia Cacho Ribeiro, Mexico
- 2007: Anna Politkovskaya, Russia (posthumous award)
- 2006: May Chidiac, Lebanon
- 2005: Cheng Yizhong, China
- 2004: Raúl Rivero, Cuba
- 2003: Amira Hass, Israel
- 2002: Geoffrey Nyarota, Zimbabwe
- 2001: Win Tin, Myanmar
- 2000: Nizar Nayyouf, Syria
- 1999: Jesús Blancornelas, Mexico
- 1998: Christina Anyanwu, Nigeria
- 1997: Gao Yu, China
Aksi-Aksi Memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia di Indonesia
Tidak jauh berbeda, puluhan massa yang terdiri dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers Yogyakarta. Hal tersebut dilakukan sebagai respon dari pembiaran kasus kekerasan terhadap jurnalis oleh aparat penegak hukum. Dengan diperingatinya Hari Kebebasan Pers Sedunia kemarin, diharapakan dapat meningkatkan perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan serta jaminan keamanan jurnalis sekaligus implementasi dari kebebasan pers yang bertanggung jawab sendiri.
Sumber Gambar : Google Images
keren
ReplyDelete